LATAR BELAKANG
Organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan bahwa 80 % masyarakat di negara berkembang menggunakan obat tradisional untuk memenuhi kebutuhan pemeliharaan kesehatan dan 85% obat tradisional melibatkan penggunaan ekstrak tanaman. Hal ini berarti kurang lebih 3,5 – 4 miliar penduduk di dunia memakai tanaman sebagai sumber obat (Farnsworth et al,1985). Di sisi lain, kira-kira 119 senyawa kimia murni yang diekstraksi dari tanaman yang digunakan dalam pengobatan di seluruh dunia berasal dari hampir 90 spesies tanaman. 74% dari 119 senyawa kimia tersebut memiliki hubungan pemakaiannya sebagai obat pada daerah dimana bahan tersebut diperoleh.
Farnsworth (1988) berpendapat bahwa program pengembangan obat dari tanaman di masa depan seharusnya mencakup evaluasi secara hati-hati riwayat penggunaan tanaman tersebut sebagai obat. Dr. E. Z. Greenleaf mengajukan usul kepada perusahaan farmasi ABC di USAuntuk melakukan studi tanaman sebagai sumber obat baru dengan menggunakan pendekatan pemeriksaan cerita masyarakat untuk memperoleh informasi mengenai tanaman yang diduga kuat digunakan oleh suatu masyarakat dalam pengobatan penyakit tertentu. Perusahaan akan mempekerjakan 1 sampai 2 ahli medis untuk berkunjung ke afrika, kalimantan, kaledonia baru atau area eksotis yang lainnya, serta bermukim di masyarakat sekitar selama hampir 1 tahun atau lebih.
Selama periode tersebut ahli medis akan melakukan observasi tabib dalam mengobati pasien dan kemudian melakukan diagnosa sendiri pada tiap pasien serta melakukan pengamatan lanjutan terhadap dampak pengobatan. Apabila terdapat peningkatan kesehatan (kesembuhan) maka selanjutnya dicatat tanaman manakah yang digunakan dalam mengobati pasien. Tanaman tersebut kemudian dikoleksi dan dikirim ke laboratorium riset perusahaan farmasi ABC yang bertempat di Hearth Break, Coloradountuk dilakukan etnofarmasisan lebih lanjut.
Hutan tropis memiliki jumlah spesies tanaman yang luar biasa besar. Kebanyakan masih belum dieksplorasi dan potensial untuk sumber obat. Jumlah tanaman yang telah dideskripsikan kira-kira 150.000-250.000 spesies. Ilmuan menyadari bahwa studi mengenai budaya asli pada suatu wilayah dapat memberikan kunci yang bernilai dalam pencarian obat untuk peningkatan kesehatan. Untuk membuka rahasia hutan tropis maka dibutuhkan seorang spesialis yang terlatih dengan baik dan berpengalaman di alam. Oleh karena itu dibutuhkan seorang etnofarmasis.
Untuk menemukan tanaman yang potensial seorang etnofarmasis harus berpengetahuan tidak hanya tentang tanaman tetapi juga memahami dinamika budaya. Di sisi lain, etnofarmasis juga dapat membantu memahami dampak musnahnya hutan tropis yang akan menyebabkan hilangnya pengetahuan tentang tanaman tropis serta budaya asli (konservasi).
DEFINISI & RUANG LINGKUP
Etnofarmasi adalah studi tentang bagaimana masyarakat suatu etnis atau wilayah dalam menggunakan suatu tanaman obat atau ilmu multidisiplin yang mempelajari penggunaan obat-obatan terutama obat tradisional oleh suatu masyarakat lokal (etnik).. Etnofarmasis merupakan orang yang mengeksplorasi bagaimana suatu tanaman digunakan sebagai pengobatan. Hal ini terkait dengan studi mengenai sediaan obat yang terkait dengan penggunaannya dalam konteks kultural.
Etnofarmasi meliputi studi-studi:
1. Identifikasi dan etnotaksonomi bahan alam yang digunakan dalam pengobatan (etnobiologi medis: etnofarmasi, etnomikologi, etnozoologi).
2. Preparasi tradisional sediaan farmasi (etnofarmasetika).
3. Evaluasi aksi farmakologis suatu preparasi pengobatan tertentu (etnofarmakologi).
4. Efektivitas klinis (Etnofarmasi klinis).
5. Aspek medis-sosial yang terkait dalam penggunaan obat (antropologi kesehatan).
6. Kesehatan masyarakat dan farmasi praktis yang membahas penggunaan oleh publik dan atau re-evaluasi obat-obatan.
Etnofarmasi seringkali salah disamakan dengan etnofarmakologi yang hanya fokus pada evaluasi farmakologis pengobatan tradisional
Sumber : Diktat Diklatsar II MPA Pring Kuning 2008.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan bahwa 80 % masyarakat di negara berkembang menggunakan obat tradisional untuk memenuhi kebutuhan pemeliharaan kesehatan dan 85% obat tradisional melibatkan penggunaan ekstrak tanaman. Hal ini berarti kurang lebih 3,5 – 4 miliar penduduk di dunia memakai tanaman sebagai sumber obat (Farnsworth et al,1985). Di sisi lain, kira-kira 119 senyawa kimia murni yang diekstraksi dari tanaman yang digunakan dalam pengobatan di seluruh dunia berasal dari hampir 90 spesies tanaman. 74% dari 119 senyawa kimia tersebut memiliki hubungan pemakaiannya sebagai obat pada daerah dimana bahan tersebut diperoleh.
Farnsworth (1988) berpendapat bahwa program pengembangan obat dari tanaman di masa depan seharusnya mencakup evaluasi secara hati-hati riwayat penggunaan tanaman tersebut sebagai obat. Dr. E. Z. Greenleaf mengajukan usul kepada perusahaan farmasi ABC di USAuntuk melakukan studi tanaman sebagai sumber obat baru dengan menggunakan pendekatan pemeriksaan cerita masyarakat untuk memperoleh informasi mengenai tanaman yang diduga kuat digunakan oleh suatu masyarakat dalam pengobatan penyakit tertentu. Perusahaan akan mempekerjakan 1 sampai 2 ahli medis untuk berkunjung ke afrika, kalimantan, kaledonia baru atau area eksotis yang lainnya, serta bermukim di masyarakat sekitar selama hampir 1 tahun atau lebih.
Selama periode tersebut ahli medis akan melakukan observasi tabib dalam mengobati pasien dan kemudian melakukan diagnosa sendiri pada tiap pasien serta melakukan pengamatan lanjutan terhadap dampak pengobatan. Apabila terdapat peningkatan kesehatan (kesembuhan) maka selanjutnya dicatat tanaman manakah yang digunakan dalam mengobati pasien. Tanaman tersebut kemudian dikoleksi dan dikirim ke laboratorium riset perusahaan farmasi ABC yang bertempat di Hearth Break, Coloradountuk dilakukan etnofarmasisan lebih lanjut.
Hutan tropis memiliki jumlah spesies tanaman yang luar biasa besar. Kebanyakan masih belum dieksplorasi dan potensial untuk sumber obat. Jumlah tanaman yang telah dideskripsikan kira-kira 150.000-250.000 spesies. Ilmuan menyadari bahwa studi mengenai budaya asli pada suatu wilayah dapat memberikan kunci yang bernilai dalam pencarian obat untuk peningkatan kesehatan. Untuk membuka rahasia hutan tropis maka dibutuhkan seorang spesialis yang terlatih dengan baik dan berpengalaman di alam. Oleh karena itu dibutuhkan seorang etnofarmasis.
Untuk menemukan tanaman yang potensial seorang etnofarmasis harus berpengetahuan tidak hanya tentang tanaman tetapi juga memahami dinamika budaya. Di sisi lain, etnofarmasis juga dapat membantu memahami dampak musnahnya hutan tropis yang akan menyebabkan hilangnya pengetahuan tentang tanaman tropis serta budaya asli (konservasi).
DEFINISI & RUANG LINGKUP
Etnofarmasi adalah studi tentang bagaimana masyarakat suatu etnis atau wilayah dalam menggunakan suatu tanaman obat atau ilmu multidisiplin yang mempelajari penggunaan obat-obatan terutama obat tradisional oleh suatu masyarakat lokal (etnik).. Etnofarmasis merupakan orang yang mengeksplorasi bagaimana suatu tanaman digunakan sebagai pengobatan. Hal ini terkait dengan studi mengenai sediaan obat yang terkait dengan penggunaannya dalam konteks kultural.
Etnofarmasi meliputi studi-studi:
1. Identifikasi dan etnotaksonomi bahan alam yang digunakan dalam pengobatan (etnobiologi medis: etnofarmasi, etnomikologi, etnozoologi).
2. Preparasi tradisional sediaan farmasi (etnofarmasetika).
3. Evaluasi aksi farmakologis suatu preparasi pengobatan tertentu (etnofarmakologi).
4. Efektivitas klinis (Etnofarmasi klinis).
5. Aspek medis-sosial yang terkait dalam penggunaan obat (antropologi kesehatan).
6. Kesehatan masyarakat dan farmasi praktis yang membahas penggunaan oleh publik dan atau re-evaluasi obat-obatan.
Etnofarmasi seringkali salah disamakan dengan etnofarmakologi yang hanya fokus pada evaluasi farmakologis pengobatan tradisional
Sumber : Diktat Diklatsar II MPA Pring Kuning 2008.
2 komentar:
makasih yah temennya mas rino buat infonya...
berguna buat ngerjain tugas...hehhe...
sma2..
Posting Komentar