Indonesia adalah negara megabiodiversity yang kaya akan tanaman obat, dan sangat potensial untuk dikembangkan, namun belum dikelola secara maksimal. Kekayaan alam tumbuhan di Indonesia meliputi 30.000 jenis tumbuhan dari total 40.000 jenis tumbuhan di dunia, 940 jenis diantaranya merupakan tumbuhan berkhasiat obat yang telah digunakan (jumlah ini merupakan 90% dari jumlah tumbuhan obat di Asia).
Berdasarkan hasil penelitian, dari sekian banyak jenis tanaman obat, baru 20-22% yang dibudidayakan. Sedangkan sekitar 78% diperoleh melalui pengambilan langsung (eksplorasi) dari hutan. Potensi tanaman obat di Indonesia, termasuk tanaman obat kehutanan, apabila dikelola dengan baik akan sangat bermanfaat dari segi ekonomi, sosial budaya maupun lingkungan. Negara berkembang mempunyai peranan penting dalam penyediaan bahan baku produk farmasi (38% untuk medical dan aromatic plants, 24% untuk vegetables saps dan extract,dan 11% untuk vegetables alkaloids).
Tahun 2005, Uni Eropa tercatat sebagai net importir rempah dan herbal dengan total impor 358,2 ribu ton dan terus meningkat 4% per tahun sejak tahun 2003. Sebanyak 60% dari total rempah dan herbal Uni Eropa berasal dari negara berkembang, namun bukan berasal dari Indonesia melainkan Cina, India, Maroko dan Turki. Ini merupakan peluang bagi Indonesia untuk pengembangan ekspor tanaman obat ke pasar Uni Eropa (Litbang Kementrian Kehutanan).
Pemanfaatan tanaman atau tumbuhan obat telah berlangsung sejak jaman nenek moyang telah menghasilkan kearifan tersendiri. Kearifan tersebut muncul dalam bentuk budaya pemanfaatan nilai khasiat yang terkandung didalamnya.
Masih banyak tumbuhan atau tanaman obat yang belum diketahui khasiatnya secara klinis, tetapi sudah diketahui khasiatnya secara empiris. Untuk itu perlu perhatian dan kebijakan dari pemerintah maupun para intelektual untuk mengiventarisasi, membudidayakan, menguji khasiatnya, dan selatjutnya mengembangkan menjadi obat baru. Sehingga pemanfaatan tanaman atau tumbuhan obat dapat dilakukan secara optimal. Tanaman atau tumbuhan yang sudah dikembangkan menjadi obat baru selayaknya juga harus dibudidayakan untuk menghindari kepunahan.
Dengan kebijakan pemerintah, kebijakan para intelektual, perubahan cara pandang masyarakat terhadap tanaman obat tradisional, kemampuan riset dan teknologi yang ditingkatkan dan diintegrasikan, maka tidak mustahil Indonesia dapat menjadi pemasok terbesar obat tradisional didunia.
Berdasarkan hasil penelitian, dari sekian banyak jenis tanaman obat, baru 20-22% yang dibudidayakan. Sedangkan sekitar 78% diperoleh melalui pengambilan langsung (eksplorasi) dari hutan. Potensi tanaman obat di Indonesia, termasuk tanaman obat kehutanan, apabila dikelola dengan baik akan sangat bermanfaat dari segi ekonomi, sosial budaya maupun lingkungan. Negara berkembang mempunyai peranan penting dalam penyediaan bahan baku produk farmasi (38% untuk medical dan aromatic plants, 24% untuk vegetables saps dan extract,dan 11% untuk vegetables alkaloids).
Tahun 2005, Uni Eropa tercatat sebagai net importir rempah dan herbal dengan total impor 358,2 ribu ton dan terus meningkat 4% per tahun sejak tahun 2003. Sebanyak 60% dari total rempah dan herbal Uni Eropa berasal dari negara berkembang, namun bukan berasal dari Indonesia melainkan Cina, India, Maroko dan Turki. Ini merupakan peluang bagi Indonesia untuk pengembangan ekspor tanaman obat ke pasar Uni Eropa (Litbang Kementrian Kehutanan).
Pemanfaatan tanaman atau tumbuhan obat telah berlangsung sejak jaman nenek moyang telah menghasilkan kearifan tersendiri. Kearifan tersebut muncul dalam bentuk budaya pemanfaatan nilai khasiat yang terkandung didalamnya.
Masih banyak tumbuhan atau tanaman obat yang belum diketahui khasiatnya secara klinis, tetapi sudah diketahui khasiatnya secara empiris. Untuk itu perlu perhatian dan kebijakan dari pemerintah maupun para intelektual untuk mengiventarisasi, membudidayakan, menguji khasiatnya, dan selatjutnya mengembangkan menjadi obat baru. Sehingga pemanfaatan tanaman atau tumbuhan obat dapat dilakukan secara optimal. Tanaman atau tumbuhan yang sudah dikembangkan menjadi obat baru selayaknya juga harus dibudidayakan untuk menghindari kepunahan.
Dengan kebijakan pemerintah, kebijakan para intelektual, perubahan cara pandang masyarakat terhadap tanaman obat tradisional, kemampuan riset dan teknologi yang ditingkatkan dan diintegrasikan, maka tidak mustahil Indonesia dapat menjadi pemasok terbesar obat tradisional didunia.
Lestarilah Alamku!!!!!
7 komentar:
Untuk mendapatkan Bibit Salak Madu, Bibit Salak Pondoh Yang Seperti induknya tidak ada cara lain kecuali hanya dengan system Cangkok.
Bibit Salak Pondoh
Bibit Salak Madu
sukses
Bibit Tanaman Salak Unggul
Bibit Salak
Bibit Salak Pondoh
Bibit Salak Madu
Jual Bibit Salak Madu
Bibit salak pondoh
Jual bibit salak madu
Bibit salak pondoh madu
infonya sangat bagus
Buka yuk
Bibit Salak
Bibit Salak Pondoh
Bibit Salak Madu
Posting Komentar