Hutan tropika Indonesia kaya akan tumbuhan obat, terdapat 20.000 jenis tumbuhan obat, 1.000 jenis yang sudah didata, dan 300 jenis dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Sampai tahun 2001 Laboratorium Konservasi Tumbuhan Fakultas Kehutanan IPB telah mendata dari berbagai laporan penelitian dan literatur, tidak kurang dari 2039 spesies tumbuhan obat yang berasal dari hutan Indonesia. Tumbuhan obat merupakan salah satu bahan alam yang dapat digunakan untuk pembuatan obat tradisional. Tumbuhan obat biasanya sudah digunakan secara tradisional oleh masyarakat berdasarkan pengalaman.
Bertambah majunya jaman akan berdampak pada modernisasi budaya yang dapat menyebabkan hilangnya pengetahuan tradisional yang dimiliki oleh masyarakat. Hal ini dapat menimbulkan kekhawatiran akan semakin merosotnya pengetahuan lokal suku-suku bangsa pada masing-masing daerah di Indonesia.
Sehingga perlu dilaksanakan upaya-upaya pelestarian pengetahuan tentang obat tradisional pada masyarakat di Indonesia. Upaya tersebut mulai dari inventarisasi, pemanfaatan, budidaya sampai dengan pelestarian yang melibatkan berbagai disiplin ilmu, diantaranya adalah taksonomi, etnobotani, etnofarmasi, dan bioteknologi.
Sejauh ini belum banyak penelitian mengenai pemanfaatan obat tradisional pada suku-suku di Indonesia. Salah satu suku yang terdapat di Indonesia adalah suku Tengger. Masyarakat suku Tengger khususnya pada kabupaten Lumajang masih memegang adat-istiadat yang diwariskan oleh nenek moyang terdahulu. Secara geografis Suku Tengger pada Kabupaten Lumajang terletak jauh dari pusat ritual kebudayaan masyarakat Suku Tengger, yang umumnya berada di sekitar kawah gunung Bromo. Hal ini dapat menyebabkan modernisasi dari peradaban luar yang cepat. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian etnofarmasi dengan metode kualitatif dan kuantitatif di Suku Tengger Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang, agar kelestarian pengetahuan maupun penggunaan obat tradisional tetap terjaga dan dapat digunakan sebagai referensi dasar untuk pengembangan obat baru.
Pada penelitian Etnofarmasi yang dilakukan terhadap masyarakat lokal Suku Tengger Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang diperoleh data sebagai berikut :
1. Terinventarisasi 26 jenis penyakit dalam 8 kategori penyakit yang diobati dengan menggunakan obat tradisional pada Suku Tengger kecamatan Senduro kabupaten Lumajang.
2. Terinventarisasi 54 spesies tumbuhan, 2 spesies hewan, dan 3 bahan mineral yang digunakan sebagai obat tradisional pada Suku Tengger Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang.
3. Terinventarisasi 82 resep tradisional yang dimanfaatkan untuk pengobatan pada Suku Tengger Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang.
4. Bahan-bahan obat yang terdapat pada Suku Tengger Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang penggunaannya dapat dipakai secara tunggal maupun dibuat ramuan untuk mengobati suatu penyakit tertentu.
5. Terdapat 12 spesies tumbuhan untuk mengobati 6 jenis penyakit yang berpotensi untuk dilakukan uji bioaktivitas lebih mendalam dari Suku Tengger Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang.
Bertambah majunya jaman akan berdampak pada modernisasi budaya yang dapat menyebabkan hilangnya pengetahuan tradisional yang dimiliki oleh masyarakat. Hal ini dapat menimbulkan kekhawatiran akan semakin merosotnya pengetahuan lokal suku-suku bangsa pada masing-masing daerah di Indonesia.
Sehingga perlu dilaksanakan upaya-upaya pelestarian pengetahuan tentang obat tradisional pada masyarakat di Indonesia. Upaya tersebut mulai dari inventarisasi, pemanfaatan, budidaya sampai dengan pelestarian yang melibatkan berbagai disiplin ilmu, diantaranya adalah taksonomi, etnobotani, etnofarmasi, dan bioteknologi.
Sejauh ini belum banyak penelitian mengenai pemanfaatan obat tradisional pada suku-suku di Indonesia. Salah satu suku yang terdapat di Indonesia adalah suku Tengger. Masyarakat suku Tengger khususnya pada kabupaten Lumajang masih memegang adat-istiadat yang diwariskan oleh nenek moyang terdahulu. Secara geografis Suku Tengger pada Kabupaten Lumajang terletak jauh dari pusat ritual kebudayaan masyarakat Suku Tengger, yang umumnya berada di sekitar kawah gunung Bromo. Hal ini dapat menyebabkan modernisasi dari peradaban luar yang cepat. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian etnofarmasi dengan metode kualitatif dan kuantitatif di Suku Tengger Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang, agar kelestarian pengetahuan maupun penggunaan obat tradisional tetap terjaga dan dapat digunakan sebagai referensi dasar untuk pengembangan obat baru.
Dringu : Salah satu tumbuhan khas Tengger |
Pada penelitian Etnofarmasi yang dilakukan terhadap masyarakat lokal Suku Tengger Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang diperoleh data sebagai berikut :
1. Terinventarisasi 26 jenis penyakit dalam 8 kategori penyakit yang diobati dengan menggunakan obat tradisional pada Suku Tengger kecamatan Senduro kabupaten Lumajang.
2. Terinventarisasi 54 spesies tumbuhan, 2 spesies hewan, dan 3 bahan mineral yang digunakan sebagai obat tradisional pada Suku Tengger Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang.
3. Terinventarisasi 82 resep tradisional yang dimanfaatkan untuk pengobatan pada Suku Tengger Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang.
4. Bahan-bahan obat yang terdapat pada Suku Tengger Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang penggunaannya dapat dipakai secara tunggal maupun dibuat ramuan untuk mengobati suatu penyakit tertentu.
5. Terdapat 12 spesies tumbuhan untuk mengobati 6 jenis penyakit yang berpotensi untuk dilakukan uji bioaktivitas lebih mendalam dari Suku Tengger Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang.
diteliti oleh mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Jember : Weka Sidha Baghawan S.Farm
Lestarilah Alam Q.....
2 komentar:
salah jeneng q cak..... Bhagawan
ok boz tdah tak edit....g usah buat jenang merah law gitu
Posting Komentar